BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar
Belakang
Benih merupkan simbol
dari suatu permulaan, yang merupakan inti dari kehidupan di alam semesta dan
yang paling penting adalah kegunaannya sebagai penyambung dari kehidupan
tanaman. Benih adalah biji tanaman yang digunakan untuk tujuan pertanaman. Pada
konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi sebab benih harus mampu
menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum dengan sarana teknologi yang
maju (Sadjad, 1977 dalam Sutopo, 2010 : 1-2).
Faktor benih sangat menentukan
keberhasilan produksi . Suatu fenomena yang terjadi bahwa kebanyakan benih –
benih saat ini memiliki daya viabilitas serta vigor benih tidak sejalan dengan
apa yang diharapkan untuk mampunya benih padi itu tumbuh. Petani sering
dirugikan dengan kondisi benih dengan kualitas yang sangat rendah, sehingga
berdampak pada biaya budidaya yang lebih tinggi yang tidak sebanding dengan
hasil produksi padi pada akhirnya.
Menurut Sutopo (2010 :
2), benih dengan mutu tinggi sangat diperlukan karena merupakan salah satu
sarana untuk dapat menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimal. Mutu benih
mencakup pengertian : (1) Mutu genetik yaitu penampilan benih murni dari
spesies atau varietas tertentu yang menunjukkan identitas genetik dari
tanaman induknya, mulai dari benih penjenis, benih dasar, benih pokok sampai
benih sebar. (2) Mutu fisiologis yaitu menampilkan kemampuan daya hidup atau
viabilitas benih yang mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh benih. Serta
(3) Mutu fisik merupakan penampilan benih secara prima bila dilihat secara
fisik, antara lain dari ukuran dan homogen, bernas, bersih dari campuran benih
lain, biji gulma dan dari berbagai kontaminan lainnya, serta kemasan yang
menarik.
Benih yang dikatakan memiliki daya
pertumbuhan baik adalah benih dengan viabilitas mencapai 80% ke atas. Benih
dengan viabilitas tinggi tentunya memiliki daya vigor benih yang kuat, karena
didukung oleh komponen cadangan makanan dalam biji yang cukup untuk menopang
pertumbuhan awal dari biji sebelum memperoleh makanan dari dalam tanah. Untuk
dapat mengetahui hal – hal tentang viabilitas dan daya vigor benih tentunya
harus dilakukan dengan sebuah penelitian. Pengujian benih sangat penting, untuk
benih – benih yang akan dipasarkan untuk dibudidayakan oleh petani, sebab benih
yang akan diedarkan kepada konsumen (petani) harus benih yang baik (mutu
genetik, fisik, dan fisiologis) Benih merupakan benda hidup yang mempunyai
sifat genetis dan fisiologis sehingga perlu penanganan secara sungguh-sungguh
agar tidak cepat mati atau tidak tumbuh dan kemurniannya tetap terjaga, yang
diperlihatkan oleh pertumbuhannya yang seragam dan produktivitasnya sesuai
dengan deskripsi. Kondisi benih yang beredar di Indonesia sangat variatif
tingkat mutunya, seperti mutu tidak sesuai standar, kadaluarsa dll, sehingga
sangat merugikan petani.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini :
-
Pengujian mutu
benih
-
Pengujian rutin
benih
-
Pengujian khusus
mutu benih di laboratorium
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengujian Mutu Benih
Pengujian mutu benih merupakan salah satu
bagian yang sangat penting dari suatu proses produksi benih di samping
pemeriksaan lapangan, penanganan hasil produksi dan pelabelan. Laboratorium
berperan besar dalam menyajikan data hasil uji yang tepat, akurat dan tak
terbantahkan baik secara ilmiah maupun hukum, dimana data tersebut harus
memenuhi persyaratan :
1. Obyektif,
data yang dihasilkan harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
2. Representatif,
datamewakili lot benih.
3. Teliti dan tepat data
terjamin kebenarannya.
4. Tepat waktu sesuai
dengan kebutuhan pada sat tertentu.
5. Releven, menunjang
persoalan yang dihadapi.
Data hasil pengujian contoh benih
mencerminkan mutu lot benih, dimana contoh tersebut diambil dan dari kata tersebut
dapat ditentukan masa berlaku label. Adapun faktor yang menentukan kebenaran
dan kehandalan pengujian yang dilakukan laboratorium, yaitu:
1. Personal yang
kompeten.
2. Kondisi akomodasi dan
lingkungan.
3. Metode pengujian dan
validasi metoda.
4. Peralatan yang
terkalibrasi dan terawat.
5. Ketetelusuran
pengujuran.
6. Tata cara Pengambilan
contoh yang benar.
7. Penanganan terhadp
contoh yang akan diuji.
8. Jaminan mutu hasil
pengujian.
9. Laporan hasil uji.
Adapun jaminan mutu hasil pengujian
merupakan salah satu persyaratan teknis yang harus dipenuhi dalam penerapan SNI
ISO/IEC 17025 : 2008.
Pengujian yang dilakukan oleh laboratorium
penguji benih merupakan bagian daripengambilan keputusan yang sangat penting
sehingga diperlukan suatu mekanisme untuk membantu keabsahan data yang
dikeluarkan laboratorium yang bersangkutan.
Pengujian benih laboratoris bertujuan
untuk mendapatkan keterangan tentang mutu suatu kelompok benih yang digunakan
untuk keperluan sertifikasi, pelabelan atau ceking mutu.
2.2 Pengujian rutin
1. Penetapan
Kadar Air
Kadar air adalah kandungan air dalam benih yang
diukur berdasarkanhilangnya kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam persen.
Kadar air yang terkandung di dalam benih akan sangat mempengaruhi
kualitas fisiologis benih.Bahkan untuk kondisi tertentu dapat berpengaruh
juga terhadap kualitas fisik benih. Kandungan kadar air benih juga
menjadi salah satu faktor penting yang harus diperhatikan pada kegiatan
pemanenan, pengolahan, penyimpanan dan pemasaran benih serta kemampuan benih
dalam mempertahankan viabilitasnya selama penyimpanan.
Penetapan kadar air benih dapat dilakuakan dengan
dua metode langsung dan metode tidak langsung. Dalam Sutopo (2002), pada
prinsipnya metode yang digunakan dalam menentukan kadar air ada dua macam
yaitu:
a. Metode
praktis/langsung
Metode ini mudah dilaksanakan tetapi hasilnya
seringkali kurang akurat karena rentang nilai hasil pengujian dari beberapa
kali ulangan seringkali terlalu besar, yang termasuk metode ini adalah metode
Calcium carbide, Metode Electric moisture meter, dan lain-lain.
b. Metode
dasar/tidak langsung
Dalam metode ini kadar air ditentukan dengan
mengukur kehilangan berat yang diakibatkan oleh pengeringan/pemanasan pada
kondisi tertentu, dan dinyatakan sebagai persentase dari berat mula-mula. Yang
termasuk dalam metode dasar adalah metode Oven, metode Destilasi, Metode Karl
Fisher dan lain-lain.
2. Pengujian
Daya Kecambah
Tujuan pengujian daya berkecambah adalah untuk
menentukan potensi perkecambahan maksimal suatu lot benih, yang selanjutnya
dapat digunakan untuk membandingkan mutu benih dari lot-lot yang berbeda serta
untuk menduga nilai pertanaman di lapang. Persentase daya berkecambah
menunjukkan proporsi jumlah benih yang menghasilkan kecambah normal di kondisi
dan dalam periode pengujian tertentu.
Metode perkecambahan dengan pengujian dilaboratorium
untuk menentukan persentase perkecambahan total. Pengujian ini dibatasi pada
pemunculan dan perkembangan struktur penting dari embrio, yang menunjukkan
kemampuan untuk menjadi tanaman normal pada kondisi lapangan yang optimum.
Sedangkan kecambah yang tidak menunjukkan kemampuan tersebut dinilai sebagai
kecambah yang abnormal (Sutopo, 2002).
3. Kesegaran
Benih
Uji kesegaran biji dilakukan
berdasarkan pada tingkat kesegaran jaringan endosperm. Biji yang
masih segar dinilai masih viabel dan sebaliknya (Siagian,2010). Pengujian ini
dalam tanaman perkebunan biasanya dilakukan pada biji karet. Pengujian
dilakukan dengan mengupas cangkang biji karet yang kemudian dibelah memanjang
(membujur) menjadi dua belahan yang sama, kemudian dikelompokkan dalam
kelas-kelas berdasarkan tingkat kesegaran jaringan endosperm.
Biji yang termasuk dalam kelas I dan II dianggap
masih viabel, sedangkan kelas III dan IV dianggap sudah kehilangan
viabilitasnya. Jika kesegaran tinggi, maka daya kecambahnya juga tinggi dan
persentase kesegaran biji tidak kurang dari 70%.
4. Analisa
Kemurnian
Analisa kemurnian benih merupakan kegiatan menelaah
kepositifan fisik benih dari tiga komponen yaitu benih murni, benih tanaman
lain dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga
komponen tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi
benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih.
Namun pada benih tanaman perkebunan jarang ditemukan kotoran dalam lot benih
karena umumnya benih besar.
2.3 Pengujian Khusus Mutu Benih di
Laboratorium
1. Penetapan
berat 1000 butir,
Penentuan berat untuk 1000 butir benih dilakukan
karena karakter ini merupakan salah satu ciri dari suatu jenis benih yang juga
tercantum dalam deskripsi jenis. Tujuan yang ingin dicapai dengan pengukuran
berat 1000 butir benih adalah untuk mengetahui berat setiap kelompok benih
per1000 butir benih dan menentukan efisiensi penentuan berat 1000 butir
yang dinyatakan dalam gram. Penentuan berat 1000 butir dapat dipergunakan
untuk mengetahui jumlah benih per kg dari suatu jenis yang dapat dijadikan
standar dalam perencanaan kebutuhan benih untuk persemaian maupun
penanaman.
2. Pengujian viabilitas benih secara biokemis
Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat
ditunjukkan melalui gejala metabiolisme dan atau gejala pertumbuhan, Selain itu
daya kecambah juga merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih
(Sadjat, 1993). Pengujian viabilitas benih secara biokemis salah satunya adalah
dengan uji tetrazolium. Disebut uji biokemis karena uji tetrazolium mendeteksi
adanya proses kimia yang berlangsung di dalam sel-sel benih khususnya sel-sel
embrio. Adapun kegunaan uji tetrazolium antara lain untuk mengetahui viabilitas
benih yang segera akan ditanam, untuk mengetahui viabilitas benih dorman, untuk
mengetahui hidup atau matinya benih segar tidak tumbuh dalam pengujian daya
berkecambah benih.
3.Pengujian vigor benih
Vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang
mengindikasikan pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang cepat dan seragam
pada kisaran kondisi lapang yang luas. Pengujian vigor benih bertujuan untuk
mendapatkan informasi tentang nilai daya tumbuh (planting value) dalam kondisi
lingkungan kisaran luas dan atau potensi penyimpanan dari lot benih.
4. Pengujian
Kesehatan Benih
Kesehatan benih terutama ditandai oleh ada tidaknya
penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti cendawan, bakteri, virus
dan penyakit. Tujuan pengujian kesehatan benih adalah untuk menentukan status
(keadaan) kesehatan contoh benih dan kesehatan lot benih darimana benih
tersebut berasal.
5. Pengujian
Spesies dan Varietas
Pengujian spesies dan varietas dilaksanakan
bergantung pada species, varietas atau karakter spesifik apakah pada benih,
kecambah atau tanaman yang lebih dewasa dilaboratorium atau yang ditanam di
rumah kaca, petak percobaan. Hasil pengujian dikatakan valid jika species atau
varietas disebutkan (dinyatakan) oleh pemohon dan tersedia standar yang akan
dibandingkan. Untuk membandingkan karakter dapat dilakukan secara morfologi,
fisiologi, sitologi atau kimia.
6. Penetapan
Heterogenitas Lot Benih
Kehomogenan mungkin tidak tercapai secara sempurna,
tetapi pencampuran yang baik diharapkan sedapat mungkin benih dalam lot benih
tersebut dapat homogen. Terdapat tiga pengujian dalam menentukan heterogenitas
antara lain persentase berat komponen kemurnian, persentase komponen pengujian
perkecambahan dan total benih atau jumlah dari spesies tunggal dalam penetapan
benih lain berdasarkan jumlahnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
- Pengujian
benih dilakukan untuk mengetahui kualitas benih melalui beberapa tahapan
yaitu pengujian mutu, penguian rutin, pengujian khusus mutu benih di
laboratorium
- Faktor
benih sangat menentukan keberhasilan produksi
- Benih
merupakan benda hidup yang mempunyai sifat genetis dan fisiologis sehingga
perlu penanganan secara sungguh-sungguh agar tidak cepat mati atau tidak
tumbuh dan kemurniannya tetap terjaga
BAB
IV
DAFTAR
PUSTAKA
Reivan Nachreson Saragih, 2013. Pentingnya Pengujian
Benih Tanaman. http://ditjenbun.deptan.go.id/bbpptpmedan/berita-181-pentingnya-pengujian-benih-tanaman.html
Dinas pertanian daerah istimewa yogyakarta, Kamis, 21 Juli 2011. 11:58. Pengujian mutu benih
laboratorium. http://distan.pemda-diy.go.id/distan11/index.php?option=com_content&view=article&id=8072:pengujian-mutu-benih-laboratorium&catid=41:artikel&Itemid=514
BBPPTP medan, selasa, 28 mei 2013,
13:45 WIB. Pengujian Mutu Benih Tanaman perkebunan. http://ditjenbun.deptan.go.id/bbpptpmedan/berita-200-pengujian-mutu-benih-tanaman-perkebunan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar